MAKALAH
BAHASA INDONESIA
“TEKNIK
DIKSI”
DI SUSUN OLEH:
Nama : Heri Utomo
NIM : 1252132068
Kelas : B
Prodi : Business English
Fakultas : Bahasa Dan Sastra
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Tahun Akademik 2012/2013
KATA
PENGANTAR
Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur
penulis panjatkan kehadirat Allah swt karena atas rahmat dan karunia-Nya dapat
menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “TEKNIK DIKSI” tepat pada
waktunya.
makalah
sederhana ini membahas mengenai bagaimana menyusun diksi dengan menggunakan
teknik jelas, sesuai, dan menarik.
Penulis
berusaha menyusun makalah ini untuk menyediakan alat atau bahan belajar
sehinggan pembaca dapat meningkatkan pengetahuan serta dapat menggunakan
kata-kata secara tepat, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan serta
menerapkannya.
Penulis
menyadari terdapat begitu banyak kekurangan dan kesalahan yang tercecer dalam
penyusunan makalah ini, sehingga terlihat masih jauh dari kata sempurna, oleh
karena itu penulis sangat mengharapkan kerja sama dari semua pihat dalam hal
pemberian kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah
ini.
Akhirnya,
penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca dalam mempelajari dan
memahami Ilmu Bahasa Indonesia.
Makassar,
Oktober 2012
|
Penulis
|
|
Heri
Utomo.
|
DAFTAR ISI
Kata Pengantar....................................................................................................................
i
Daftar Isi.............................................................................................................................
ii
Bab I pendahuluan..................................................................................
Latar Belakang....................................................................................................................
1
Rumusan Masalah................................................................................................................
1
Bab III Pembahasan............................................................................................................
2
Bab III Penutup Sekaligus Kesimpulan Dan Saran.............................................................
10
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Bahasa merupakan salah satu
kemampuan terpenting yang dimiliki setiap individu sebagai sarana pendukung
dalam menyampaikan suatu aspirasi dan berkomuniskasi baik secara lisan maupun
tulisan, sehingga kemampuan diksi mutlak diperlukan agar pendengar tergugah
bahkan hingga mampu membuat seseorang bertindak sesuai kehendak si pembicara.
Seiring dengan berkembangnya waktu,
setiap individu dituntut untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar
terutamanya kosa kata yang digunakan harus sesuai dengan latar belakang
pendidikan yang dimiliki, sebagai salah satu syarat diterimanya dalam
lingkungan masyarakat dan merefleksikan tingkah laku sosial dari orang-orang
yang mempergunakannya.
Dalam makalah ini, penulis berusaha
memaparkan tentang seluk beluk teknik diksi yang tepat digunakan beserta
kesalahan yang paling umum digunakan, agar nantinya tidak terjadi kesalahan
dalam berkomunikasi dikarenakan kurang tepatnya pemahaman dalam menggunakan
teknik diksi.
B. Rumusan Masalah
1. Teknik menentukan pemilihan kata (diksi)
2. Kata yang
dipilih harus jelas
3.
Kata yang dipilih harus sesuai
4. Kata
yang dipilih harus menarik
BAB II
PEMBAHASAN
Teknik Menentukan Pemilihan Kata (Diksi)
“Untuk
memperoleh teknik penceritaan yang menarik, maka diksi harus digunakan dengan
tepat dalam mengungkapkan gagasan atau hal yang diamanatkan. Oleh karena itu,
untuk memilih diksi yang tepat, seorang pengarang harus memunyai kemampuan
untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang
ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan
situasi dan nilai rasa pembacanya. Seorang pengarang dapat memilih kata yang
tepat dan sesuai, jika ia menguasai sejumlah besar kosakata yang dimiliki
masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya
itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.”( Setiani:2010 ).
Makna yang perlu diperhatikan dalam teknik diksi
a. Makna Leksikal dan Makna
Gramatikal
“Makna leksikal adalah makna
yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.” (
Wicaksono :2011).
Contohnya: kata "tikus".
Makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus
itu mati diterkam kucing).
“makna gramatikal adalah makna
yang digunakan untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna. ” (
Wicaksono :2011).
Contohnya: kata buku, yang bermakna "sebuah buku", menjadi
buku-buku yang bermakna banyak buku.
b. Klise
“Kata-kata atau ungkapan yang telah kuno atau usang sehingga tak menyentuh lagi
perasaan pemakaiannya yang
berulang-ulang . biasanya dipakai dalam lyrik-lyrik
lagu yang melow.
misalnya : Wajahmu seindah bintang. matamu bagaikan sinar mentari di pagi
hari.“ (Wicaksono :2011).
c. Polisemi
“Kata-kata yang memiliki makna atau
arti lebih dari satu karena adanya banyak komponen konsep dalam pemaknaan suatu
kata. Satu kata seperti kata “kepala” dapat diartikan bermacam-macam walaupun
arti utama kepala adalah bagian tubuh manusia yang ada di atas leher.
Contoh:Guru yang dulunya pernah
menderita cacat mental itu sekarang menjadi kepala sekolah smp kroto emas.
(kepala bermakna pemimpin).” ( Saputra:2012)
d. Homonim
“Dua kata yang bentuk penulisan dan pengucapanya
sama tetapi
artinya berbeda.
Contoh: a. Saya sudah bisa menyetir mobil. (bisa berarti dapat)
b. Tetanggaku
terkena bisa ular yang mematikan.(artinya racun).” (saputra:2012)
e. Makna Denotasi dan Makna
Konotasi
“Makna Denotasi merupankan makna
kata yang sesuai dengan makna
yang sebenarnya atau sesuai dengan makna
kamus ”. (Surahman:2011)
Contoh : 1. Adik makan nasi. ( makan artinya
memasukkan sesuatu ke dalam mulut )
2. Harga kambing hitam itu
sangat mahal. ( kambing hitam bermakna kambingg yang memiliki warna hitam )
“Makna
konotasi merupakan makna kiasan
atau makna yang timbul setelah disusun dalam kalimat. ”. (Surahman:2011)
Contoh : 1. Dalam peristiwa itu, dia dijadikan kambing
hitam. (kambing hitam bermakna orang
yang dipersalahkan)
2. Anak itu berangkat besar
ketika ayahnya pergi ke Jepang. ( berangkat bermakna beranjak atau mulai
menjadi )
f. Makna meluas dan Makna menyempit
“Makna meluas ialah cakupan makna sekarang lebih luas
daripada makna lama. Misalnya kata berlayar dulu dipakai dengan pengertian
bergerak dilaut dengan menggunakan perahu layar. Sekarang semua kegiatan
mengarungi lautan dengan alat apa saja disebut berlayar.
Makna menyempit ialah cakupan arti dulu lebih luas
dari pada makna sekarang. Misalnya kata sarjana dulu dipakai untuk
menyebut semua orang cendikiawan, sekarang dipakai untuk gelar universitas,
seperti tampak pada sarjana sastra, sarjana ekonomi, dan sarjana hokum.”
(Ramdani:2010)
Kata Yang
Dipilih Harus Jelas
“Kata yang dipilih harus jelas bagi pembaca. Kejelasan akan memastikan
ketepatan imajinasai pada pembaca dengan penulis. Bila tidak jelas,
pembaca akan membayangkan suatu yang lain yang berbeda dengan yang
dimaksud oleh penulis. Untuk mencapai kejelasan tersebut, pedoman berikut
ini dapat dipergunakan.
Kata yang konkrit
lebih jelas dibandingkan dengan yang abstrak. Jika kita menemukan
dua kata, yang satu mempunyai makna yang konkrit dan dan satu lagi
abstrak, maka gunakanlah yang konkrit. Kata yang konkrit menghasilkan
imajinasi yang lebih tepat daripada yang abstrak. Kalau tidak ditemukan
padanan kata yang konkrit, kita dapat menambahkan suatu deskripsi panjang
lebar atas kata yang abstrak tadi sehingga lebih konkrit maknanya.” (Jahrir:2012).
Kata konkrit
adalah kata yang acuannya dapat diserap oleh pancaindra. Misalnya meja, rumah,
mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Sedangkan kata abstrak adalah kata
yang acuannya sulit diserap oleh pancaindra. Misalnya perdamaian, gagasan.
Kegunaan kata astrak untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak dapat
membedakan secara halus antara gagasan yang bersifat teknis dan khusus.
Pemakaian kata abstrak yang banyak pada suatu karangan akan menjadikan karangan
tersebut tidak jelas dalam menyampikan gagasan penulis. (Syams:2012).
Makin luas ruang lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka terbuka kemungkinan salah paham dalam pemaknaan.Makin sempit ruang lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaan, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat.
Contoh
kata berjalanperlahan-lahan lebih umum dibanding dengan tertatih-tatih”.
Ketidakjelasan subjek atau predikat
suatu kalimat menyebabkan kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan
predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata
depan di, dalam, bagi, untuk, pada, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh: Dalam
musyawarah itu menghasilkan lima ketetapan yang harus
dipatuhi bersama.
Kalimat
di atas tidak memiliki kesepadanan
karena fungsi subjek tidak jelas. Kalimat
di atas tidak menampilkan apa atau
siapa yang menghasilkan lima ketetapan yang
harus dipatuhi bersama. Subjek kalimat dalam
kalimat tersebut tidak jelas karena
penekanan kata dalam.
Pada
bagian berikut akan diperlihatkan contoh kesalahan pembentukan kata yang kurang
jelas dan sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa
tulis.
a. Penanggalan Awalan
meng-
Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (salah)
Amerika serikat meluncurkan
pesawat bolak-balik Columbia. (benar).
b.
Penanggalan Awalan ber-
Sampai jumpa lagi. (salah)
Sampai berjumpa
lagi. (benar).”
c.
Penyengauan Kata Dasar
Kita sering menemukan pengunaan
kata-kata, mandang, ngail, ngantuk, nabrak, nanam, nulis, nyubit, ngepung,
nolak, nyabut, nyuap, dan nyari. Dalam bahasa Indonesia baku tulis, kita harus
menggunakan kata-kata memandang, mengail, mengantuk, menabrak, menanam,
menulis, mencubit, menolak, mencabut, menyuap, dan mancari.
d.
Awalan ke- yang Keliru
Mengapa kamu ketawa
terus? (salah)
Mengapa kamu tertawa
terus? (benar).
Kata Yang Dipilih Harus Sesuai
“Kesesuaian yaitu kecocokan dengan konteks sosial;
apakahkata-kata yang dipilih atau dipakai dapat diterima oleh masyarakat,
pendengar atau pembaca. Terutama yang lebih penting adalah apakah pilihan kata yang
kita pakai sudah merupakan pilihan kata yang baku dan sesuai dengan tingkatan orang yang
mendengarnya. Misalnya, jika berbicara dengan orang desa yang pendidikannya
rendah, hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang kurang dimengerti oleh
mereka. Dibawah ini syarat-syarat kesesuaian diksi dalam situasi formal dan
umum. ” ( Dwiyanti:2010)
Suatu
jenis pengkhususan dalam memilih kata-kata yang tepat adalah penggunaan
istilah-istilah yang menyatakan pegalaman-pengalaman yang diserap oleh panca
indra, yaitu serapan indria penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan
penciuman.
Tetapi sering kali terjadi hubungan antara
indria dengan indria yang lain dirasakan begitu rapatnya, sehingga kata yang
sebenarnya dikenakan kepada suatu indria dikenakan pula pada indria lainnya.
Gejala semacam ini disebut sinestesia.
Contoh : wajahnya manis sekali, Suaranya manis
kedengarannya. ( Dwiyanti:2010)
Syarat-syarat
kesesuaian kata:
1. “Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak
mencampuradukkan penggunaannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan
dalam pergaulan, misalnya: hakikat
(baku), hakekat (tidak baku).
2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai
sosial dengan cermat, misalnya: kencing
(kurang sopan), buang air kecil
(lebih sopan).
3. Menggunakan kata berpasangan atau idiomatik
dan berlawanan makna dengan cermat, misalnya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan
(betul).
4. Menggunakan kata dengan nuansa tertentu,
misalnya: berjalan lambat, mengesot.
5. Menggunakan
kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah, dan komunikasi non ilmiah
(surat-menyurat) menggunakan kata populer, misalnya: argumentasi (ilmiah), pembuktian
(populer).
6. Menghindarkan
penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis, misalnya: tulis, baca (bahasa lisan), menulis,
menuliskan, membaca, membacakan
(bahasa tulis).” (pertiwi:2011)
7. Menghindari jargon dan slang
“Jargon merupakan kata-kata teknis yang
dipergunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi, atau kelompok tertentu,
misalnya:
populasi, volume, abses, H₂O,
dansebagainya”. (
Ramdani:2010)
“ slang adalah kata percakapan yang
tinggi atau murni. Kadang, kataslang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja,
atau kadang berupa pengrusakan sebuah kata biasa untuk
mengisi suatu bidang makna, misalnya: asoy,
manatahan, belumtahu, dia, dan sebagainya (bersifat sementara)”.(Ramdani:2010)
Kata Yang Dipilih Harus Menarik
“Kata yang menarik adalah
kata yang memberikan efek psikologis pada pembaca. Salah satu kata yang menarik
adalah kata-kata yang singkat. Kalau ada dua kata yang memiliki makna yang
sama, pembaca lebih senang dengan yang lebih singkat. Yang termasuk kata yang
menarik adalah kata yang menunjukkan tindakan. Kata-kata jenis ini memberi
tenaga. Pembaca lebih senang dengan dia melukai tangan dari
pada dia membuat luka di tangan. Kata yang menarik adalah
kata yang berona, berirama, atau kata-kata yang membuat seseorang menggerakkan
aktif indranya”. (Jahrir:2012).
Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui
pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti :
•
“Ketepatan
dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
• Seorang
pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa
makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk
menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
• Menguasai
berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi
sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.” (Ramdani:2010)
Contoh
Paragraf :
Hari
ini Aku pergi ke pantai bersama dengan kawanku. Udara disana sangat sejuk. Kami
bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama
kemudian.
•
Gunakan kata berona
(colorfull word) – yang melukiskan sikap, perasaan, keadaan. Misalnya, kata
“terisak-isak”lebih berona daripada kata “menangis”; kata “matanya
berbinar-binar”> bergembira, dll.
•
Kata ganda ialah kata yang terbentuk daripada kata
yang digandakan sama ada sebahagian
atau seluruhnya.
Contoh :buku-buku, lembu-lembu, murid-murid, dan kawan-kawan.
•
Rima adalah perulangan bunyi yang sama dalam puisi yang
berguna untuk menambah keindahan suatu puisi.
Contoh
:Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian. (
Ramdani:2010)
•
“Perumpamaan
ialah susunan katakata yang indah, ringkas, dan kemas serta mempunyai maksud
yang tersirat. Biasanya, perumpamaan dimulai dengan kata bagai, ibarat,
laksana, seperti, dan umpama.
Contohnya: Bagai air di atas daun talas.” (pertiwi:2011)
•
Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak khusus dari
metafora, yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara
seperti manusia.
Contoh: Angin yang meraung di tengah malam yang gelap
itu menambah lagi ketakutan kami.” (Surahman:2011)
•
Menggunakan kata berona (colorfull word) – yang
melukiskan sikap, perasaan, keadaan. Misalnya, kata “terisak-isak” lebih berona
dari pada kata “menangis”; kata “matanya berbinar-binar” -> bergembira, dll.
•
Menggunakan kata yang bisa mendorong
minat. Contoh pada bidang marketing adalah sebagai berikut; Bila Judul
Utamanya ”CUCI GUDANG…. !!!” maka pada Subjudulnya kita bisa menambahkan
kalimat ”Dapatkan produk menarik & berkualitas dengan harga yang
murah.”Contoh lainya adalah bila Judul Utamanya ”PROBLEM KEGEMUKAN?” maka
subjudul supaya bisa lebih mendorong minat konsumen kita gunakan kalimat
seperti ini; ”Atasi dengan metode yang terbaru dari Kami. Bebas dari rasa sakit
& tanpa operasi.” Setelah Konsumen membaca Subjudul dan minatnya mulai
timbul terhadap produk kita, maka rasa penasaran konsumen tersebut harus bisa
terpuaskan saat mereka membaca lebih detail uraian pada brosur kita.
BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Diksi
berfungsi sebagai sarana mengaktifkan kegiatan berbahasa (komunikasi) yang
dilakukan seseorang untuk menyampaikan maksud serta gagasannya kepada orang
lain. Kreatifitas merupakan kunci utama yang harus terus diasah dalam setiap
pembentukan diksi agar lebih sesuai, jelas, dan menarik bagi mata pembaca serta
telinga pendengar.
SARAN
semakin
banyak vocabulary kita, serta semakin dalam pemahaman kita terhadap nuansa
makna (efek mental) dari suatu kata, maka semakin bagus diksi kita.
DAFTAR PUSTAKA
Jahrir, Andi Sahtiani. 2012. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Bahasa
Indonesia. Skripsi. Universitas Negeri Makassar.