Minggu, 30 Desember 2012

Nahdiatul Najah (1252132071) Tugas KBBI


Kata baku (kata tidak baku)

1)      Gelendong bukan (Gelinding)
2)      Gelinggam
3)      Gelinggang
4)      Gelingsir
5)      Gelinjang
6)      Gelintang
7)      Gelintar
8)      Gelintin
9)      Gelinting
10)  Gelintir
11)  Gelimpang bukan (Gelipang)
12)  Gelipar
13)  Gelisah
14)  Gelita
15)  Gelitar
16)  Gelitik
17)  Gelitik bukan (Geliting)
18)  Geliang bukan (Geliut)
19)  Gelo
20)  Gelobok
21)  Gelocak
22)  Gelodar
23)  Gelodok
24)  Gelogok
25)  Gelohok
26)  Gejolak bukan (Gelojak)
27)  Gelojoh
28)  Gelopak bukan (Gelokak)
29)  Gelomang
30)  Gelombang
31)  Gelompar
32)  Gelondong
33)  Geloneng
34)  Gelonggon
35)  Kelongsong bukan (Gelongsong)
36)  Gelongsor
37)  Gelontor
38)  Gelopak
39)  Gelora
40)  Darurat bukan (Gelorat)
41)  Gelosang
42)  Geloso
43)  Gelosok
44)  Gelongsor bukan (Gelosor)
45)  Gelotak
46)  Geluduk
47)  Geluga
48)  Gelugu
49)  Gelugur
50)  Gelugut
51)  Geluh
52)  Geluk
53)  Gelulur
54)  Gelumang
55)  Gelemat bukan (Gelumat)
56)  Geluncur
57)  Gelundung
58)  Gelung
59)  Gelup
60)  Kelupas bukan (Gelupas)
61)  Gelupur
62)  Gelut
63)  Keluyur bukan (Geluyur)
64)  Gema
65)  Gemah
66)  Gemak
67)  Gemal
68)  Kemala bukan (Gemala)
69)  Gemulai bukan (Gemalai)
70)  Gampang bukan (Gemampang)
71)  Geman
72)  Gemang
73)  Gemap
74)  Gemar


M. FATHUR RAHMAN K. (1252132042) KBBI Final



Ekspeditor bukan Expeditor
Ekspeditoran
Eksper
Eksperimen bukan Experimen
Eksperimental bukan Experimental
Ekspirasi bukan Expirasi
Eksplan
Eksplikasi
Eksplisit
Eksploit bukan Exploit
Eksploitasi bukan Exploitasi
Eksploitir bukan Exploitir
Eksplorasi bukan Explorasi
Eksplosi
Eksplosif
Ekspo bukan Expo
Eksponen bukan Exponen
Eksponensial
Ekspor bukan Expor
Eksportir bukan Exportir
Ekspos
Ekspose bukan Expose
Eksposisi bukan Exposisi
Ekspres bukan Expres
Ekspresi bukan Expresi
Ekspresif bukan Expresif
Ekspresionisme bukan Expresionisme
Ekstase bukan Extase, Ekstasi
Ekstensi bukan Extensi
Ekstensif
Ekstensifikasi
Ekstensor
Eksterior bukan Exterior
Eksteriorisasi bukan Exteriorisasi
Eksteritorialitas bukan Exteritorialitas
Ekstern
Ekstra bukan Extra
Ekstradisi bukan Extradisi
Ekstrak bukan Extrak
Ekstrakardial
Ekstraksi bukan Extraksi
Ekstraktif
Ekstrakurikuler bukan Extrakurikuler
Ekstralinguistis
Ekstramarital
Ekstranei
Ekstrapolasi bukan Extrapolasi
Ekstraseluler bukan Extraseluler
Ekstraterestrial bukan Extraterestrial
Ekstrateritorialitas bukan Extrateritorialitas
Ekstrauterin
Ekstraversi
Ekstrem bukan Extrem, Ekstrim, Extrim
Ekstremis
Ekstremitas
Ekstrinsik bukan Ekstrensik
Ekstrospeksi
Ekstrover
Ekstrusi bukan Extrusi
Eksudasi bukan Exudasi
Eksudat bukan Exsudat
Ektoblas
Ektoderm
Ektohormon
Ektoparasit
Ektoplasma

HERI UTOMO (1252132068)


MAKALAH BAHASA INDONESIA
“TEKNIK DIKSI”



DI SUSUN OLEH:
                                        Nama        : Heri Utomo
                                        NIM         : 1252132068
                                        Kelas        : B
                                        Prodi        : Business English
                                        Fakultas    : Bahasa Dan Sastra

UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
Tahun Akademik 2012/2013

KATA PENGANTAR

Dengan nama Allah Yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang. Puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat Allah swt karena atas rahmat dan karunia-Nya dapat menyelesaikan penyusunan makalah yang berjudul “TEKNIK DIKSI” tepat pada waktunya.
         makalah sederhana ini membahas mengenai bagaimana menyusun diksi dengan menggunakan teknik jelas, sesuai, dan menarik.

Penulis berusaha menyusun makalah ini untuk menyediakan alat atau bahan belajar sehinggan pembaca dapat meningkatkan pengetahuan serta dapat menggunakan kata-kata secara tepat, baik dalam bentuk tulisan maupun lisan serta menerapkannya.

Penulis menyadari terdapat begitu banyak kekurangan dan kesalahan yang tercecer dalam penyusunan makalah ini, sehingga terlihat masih jauh dari kata sempurna, oleh karena itu penulis sangat mengharapkan kerja sama dari semua pihat dalam hal pemberian kritik maupun saran yang bersifat membangun demi kesempurnaan makalah ini.
Akhirnya, penulis berharap makalah ini bermanfaat bagi pembaca dalam mempelajari dan memahami Ilmu Bahasa Indonesia.



Makassar, Oktober 2012
Penulis

Heri Utomo.





DAFTAR ISI

Kata Pengantar.................................................................................................................... i
Daftar Isi............................................................................................................................. ii
Bab I pendahuluan..................................................................................
Latar Belakang.................................................................................................................... 1
Rumusan Masalah................................................................................................................ 1
Bab III Pembahasan............................................................................................................ 2          
Bab III Penutup Sekaligus Kesimpulan Dan Saran............................................................. 10

















BAB I
PENDAHULUAN
A.        Latar Belakang
            Bahasa merupakan salah satu kemampuan terpenting yang dimiliki setiap individu sebagai sarana pendukung dalam menyampaikan suatu aspirasi dan berkomuniskasi baik secara lisan maupun tulisan, sehingga kemampuan diksi mutlak diperlukan agar pendengar tergugah bahkan hingga mampu membuat seseorang bertindak sesuai kehendak si pembicara.
            Seiring dengan berkembangnya waktu, setiap individu dituntut untuk menggunakan bahasa yang baik dan benar terutamanya kosa kata yang digunakan harus sesuai dengan latar belakang pendidikan yang dimiliki, sebagai salah satu syarat diterimanya dalam lingkungan masyarakat dan merefleksikan tingkah laku sosial dari orang-orang yang mempergunakannya.
            Dalam makalah ini, penulis berusaha memaparkan tentang seluk beluk teknik diksi yang tepat digunakan beserta kesalahan yang paling umum digunakan, agar nantinya tidak terjadi kesalahan dalam berkomunikasi dikarenakan kurang tepatnya pemahaman dalam menggunakan teknik diksi.
B.   Rumusan Masalah
1.      Teknik menentukan pemilihan kata (diksi)
2.      Kata yang dipilih harus jelas
3.      Kata yang dipilih harus  sesuai
4.      Kata yang dipilih harus menarik



BAB II
PEMBAHASAN
Teknik Menentukan Pemilihan Kata (Diksi)
“Untuk memperoleh teknik penceritaan yang menarik, maka diksi harus digunakan dengan tepat dalam mengungkapkan gagasan atau hal yang diamanatkan. Oleh karena itu, untuk memilih diksi yang tepat, seorang pengarang harus memunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan, dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa pembacanya. Seorang pengarang dapat memilih kata yang tepat dan sesuai, jika ia menguasai sejumlah besar kosakata yang dimiliki masyarakat bahasanya, serta mampu menggerakkan dan mendayagunakan kekayaannya itu menjadi jaring-jaring kalimat yang jelas dan efektif.”( Setiani:2010 ).
Makna yang perlu diperhatikan dalam teknik diksi
a. Makna Leksikal dan Makna Gramatikal
“Makna leksikal adalah makna yang sungguh-sungguh nyata dalam kehidupan kita.” (Wicaksono :2011).
 Contohnya: kata "tikus". Makna leksikalnya adalah binatang yang menyebabkan timbulnya penyakit (Tikus itu mati diterkam kucing).
“makna gramatikal adalah makna yang digunakan untuk menyatakan makna-makna atau nuansa-nuansa makna. ” (Wicaksono :2011).
Contohnya: kata buku, yang bermakna "sebuah buku", menjadi buku-buku yang bermakna banyak buku.
b. Klise
“Kata-kata atau ungkapan yang telah kuno atau usang sehingga tak menyentuh lagi  perasaan pemakaiannya yang berulang-ulang . biasanya dipakai dalam  lyrik-lyrik lagu yang melow.
misalnya : Wajahmu seindah bintang. matamu bagaikan sinar mentari di pagi hari.“
(Wicaksono :2011).
c. Polisemi
“Kata-kata yang memiliki makna atau arti lebih dari satu karena adanya banyak komponen konsep dalam pemaknaan suatu kata. Satu kata seperti kata “kepala” dapat diartikan bermacam-macam walaupun arti utama kepala adalah bagian tubuh manusia yang ada di atas leher.
Contoh:Guru yang dulunya pernah menderita cacat mental itu sekarang menjadi kepala sekolah smp kroto emas. (kepala bermakna pemimpin).” ( Saputra:2012)
d.  Homonim
“Dua kata yang bentuk penulisan dan pengucapanya sama  tetapi
artinya berbeda.
Contoh: a.   Saya sudah bisa menyetir mobil. (bisa berarti dapat)
               b.   Tetanggaku terkena bisa ular yang mematikan.(artinya racun).”
(saputra:2012)
e.  Makna Denotasi dan Makna Konotasi

“Makna Denotasi  merupankan  makna  kata yang sesuai dengan  makna yang sebenarnya atau sesuai  dengan makna kamus ”. (Surahman:2011)
Contoh :  1. Adik makan nasi. ( makan artinya memasukkan sesuatu ke dalam mulut )
2. Harga kambing hitam itu sangat mahal. ( kambing hitam bermakna kambingg yang memiliki warna hitam )
“Makna  konotasi  merupakan makna kiasan atau makna yang timbul setelah disusun dalam kalimat. ”. (Surahman:2011)
Contoh : 1.  Dalam peristiwa itu, dia dijadikan kambing hitam. (kambing hitam  bermakna orang yang dipersalahkan)
2.  Anak itu berangkat besar ketika ayahnya pergi ke Jepang. ( berangkat bermakna beranjak atau mulai menjadi )
f.  Makna meluas dan Makna menyempit

“Makna meluas ialah cakupan makna sekarang lebih luas daripada makna lama. Misalnya kata berlayar dulu dipakai dengan pengertian bergerak dilaut dengan menggunakan perahu layar. Sekarang semua kegiatan mengarungi lautan dengan alat apa saja disebut berlayar.
Makna menyempit ialah cakupan arti dulu lebih luas dari pada makna sekarang. Misalnya kata sarjana dulu dipakai untuk menyebut semua orang cendikiawan, sekarang dipakai untuk gelar universitas, seperti tampak pada sarjana sastra, sarjana ekonomi, dan sarjana hokum.” (Ramdani:2010)



Kata Yang Dipilih Harus Jelas

    “Kata yang dipilih harus jelas bagi pembaca.  Kejelasan akan memastikan ketepatan imajinasai pada pembaca dengan  penulis. Bila tidak jelas, pembaca akan membayangkan suatu yang lain  yang berbeda dengan yang dimaksud oleh penulis. Untuk mencapai kejelasan  tersebut, pedoman berikut ini dapat dipergunakan.
 
    Kata yang konkrit lebih jelas dibandingkan  dengan yang abstrak. Jika kita menemukan dua kata, yang satu mempunyai  makna yang konkrit dan dan satu lagi abstrak, maka gunakanlah yang  konkrit. Kata yang konkrit menghasilkan imajinasi yang lebih tepat  daripada yang abstrak. Kalau tidak ditemukan padanan kata yang konkrit,  kita dapat menambahkan suatu deskripsi panjang lebar atas kata yang  abstrak tadi sehingga lebih konkrit maknanya.” (Jahrir:2012).

Kata konkrit adalah kata yang acuannya dapat diserap oleh pancaindra. Misalnya meja, rumah, mobil, air, cantik, hangat, wangi, suara. Sedangkan kata abstrak adalah kata yang acuannya sulit diserap oleh pancaindra. Misalnya perdamaian, gagasan. Kegunaan kata astrak untuk mengungkapkan gagasan rumit. Kata abstrak dapat membedakan secara halus antara gagasan yang bersifat teknis dan khusus. Pemakaian kata abstrak yang banyak pada suatu karangan akan menjadikan karangan tersebut tidak jelas dalam menyampikan gagasan penulis.  (Syams:2012).
Makin luas ruang lingkup suatu kata, maka makin umum sifatnya. Makin umum suatu kata, maka terbuka kemungkinan salah paham dalam pemaknaan.Makin sempit ruang lingkupnya, makin khusus sifatnya sehingga makin sedikit kemungkinan terjadinya salah paham dalam pemaknaan, dan makin mendekatkan penulis pada pilihan kata secara tepat.
Contoh kata berjalanperlahan-lahan lebih umum dibanding dengan tertatih-tatih”.
            Ketidakjelasan subjek atau predikat suatu kalimat menyebabkan kalimat itu tidak efektif. Kejelasan subjek dan predikat suatu kalimat dapat dilakukan dengan menghindarkan pemakaian kata depan di, dalam, bagi, untuk, pada, dan sebagainya di depan subjek.
Contoh: Dalam musyawarah  itu  menghasilkan lima  ketetapan  yang harus dipatuhi bersama.
Kalimat  di  atas  tidak  memiliki   kesepadanan  karena  fungsi  subjek tidak  jelas.  Kalimat  di  atas  tidak  menampilkan  apa  atau  siapa  yang menghasilkan  lima  ketetapan  yang  harus  dipatuhi  bersama.  Subjek kalimat  dalam  kalimat  tersebut   tidak  jelas  karena  penekanan  kata dalam.
Pada bagian berikut akan diperlihatkan contoh kesalahan pembentukan kata yang kurang jelas dan sering kita temukan, baik dalam bahasa lisan maupun dalam bahasa tulis.
a. Penanggalan Awalan meng-
Amerika serikat luncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (salah)
Amerika serikat meluncurkan pesawat bolak-balik Columbia. (benar).
b. Penanggalan Awalan ber-
Sampai jumpa lagi. (salah)
Sampai berjumpa lagi. (benar).”
c. Penyengauan Kata Dasar
Kita sering menemukan pengunaan kata-kata, mandang, ngail, ngantuk, nabrak, nanam, nulis, nyubit, ngepung, nolak, nyabut, nyuap, dan nyari. Dalam bahasa Indonesia baku tulis, kita harus menggunakan kata-kata memandang, mengail, mengantuk, menabrak, menanam, menulis, mencubit, menolak, mencabut, menyuap, dan mancari.
d. Awalan ke- yang Keliru
Mengapa kamu ketawa terus? (salah)
Mengapa kamu tertawa terus? (benar).
Kata Yang Dipilih Harus  Sesuai
“Kesesuaian yaitu kecocokan dengan konteks sosial; apakahkata-kata yang dipilih atau dipakai dapat diterima oleh masyarakat, pendengar atau pembaca. Terutama yang lebih penting adalah apakah pilihan kata yang kita pakai sudah merupakan pilihan kata yang baku dan sesuai dengan tingkatan orang yang mendengarnya. Misalnya, jika berbicara dengan orang desa yang pendidikannya rendah, hendaknya tidak menggunakan kata-kata yang kurang dimengerti oleh mereka. Dibawah ini syarat-syarat kesesuaian diksi dalam situasi formal dan umum. ” ( Dwiyanti:2010)

        Suatu jenis pengkhususan dalam memilih kata-kata yang tepat adalah penggunaan istilah-istilah yang menyatakan pegalaman-pengalaman yang diserap oleh panca indra, yaitu serapan indria penglihatan, pendengaran, peraba, perasa, dan penciuman.
Tetapi sering kali terjadi hubungan antara indria dengan indria yang lain dirasakan begitu rapatnya, sehingga kata yang sebenarnya dikenakan kepada suatu indria dikenakan pula pada indria lainnya. Gejala semacam ini disebut sinestesia.
Contoh : wajahnya manis sekali, Suaranya manis kedengarannya
. ( Dwiyanti:2010)
Syarat-syarat kesesuaian kata:
1. “Menggunakan ragam baku dengan cermat dan tidak mencampuradukkan penggunaannya dengan kata tidak baku yang hanya digunakan dalam pergaulan, misalnya: hakikat (baku), hakekat (tidak baku).
2. Menggunakan kata yang berhubungan dengan nilai sosial dengan cermat, misalnya: kencing (kurang sopan), buang air kecil (lebih sopan).
3.  Menggunakan kata berpasangan atau idiomatik dan berlawanan makna dengan cermat, misalnya: sesuai bagi (salah), sesuai dengan (betul).
4.   Menggunakan kata dengan nuansa tertentu, misalnya: berjalan lambat, mengesot.
5.  Menggunakan kata ilmiah untuk penulisan karangan ilmiah, dan komunikasi non ilmiah (surat-menyurat) menggunakan kata populer, misalnya: argumentasi (ilmiah), pembuktian (populer).
6.  Menghindarkan penggunaan ragam lisan (pergaulan) dalam bahasa tulis, misalnya: tulis, baca (bahasa lisan), menulis, menuliskan, membaca, membacakan (bahasa tulis).” (pertiwi:2011)
7.  Menghindari jargon dan slang
“Jargon merupakan kata-kata teknis yang dipergunakan secara terbatas dalam bidang ilmu, profesi, atau kelompok tertentu, misalnya: populasi, volume, abses, HO, dansebagainya”. (Ramdani:2010)
slang adalah kata percakapan yang tinggi atau murni. Kadang, kataslang dihasilkan dari salah ucap yang disengaja, atau kadang berupa pengrusakan sebuah kata biasa untuk mengisi suatu bidang makna, misalnya: asoy, manatahan, belumtahu, dia, dan sebagainya (bersifat sementara)”.(Ramdani:2010)

Kata Yang Dipilih Harus Menarik
“Kata yang menarik adalah kata yang memberikan efek psikologis pada pembaca. Salah satu kata yang menarik adalah kata-kata yang singkat. Kalau ada dua kata yang memiliki makna yang sama, pembaca lebih senang dengan yang lebih singkat. Yang termasuk kata yang menarik adalah kata yang menunjukkan tindakan. Kata-kata jenis ini memberi tenaga. Pembaca lebih senang dengan dia melukai tangan dari pada dia membuat luka di tangan. Kata yang menarik adalah kata yang berona, berirama, atau kata-kata yang membuat seseorang menggerakkan aktif indranya”. (Jahrir:2012).
Agar dapat menghasilkan cerita yang menarik melalui pilihan kata maka diksi yang baik harus memenuhi syarat, seperti :
         “Ketepatan dalam pemilihan kata dalam menyampaikan suatu gagasan.
•     Seorang pengarang harus mempunyai kemampuan untuk membedakan secara tepat nuansa-nuansa makna sesuai dengan gagasan yang ingin disampaikan dan kemampuan untuk menemukan bentuk yang sesuai dengan situasi dan nilai rasa bagi pembacanya.
•      Menguasai berbagai macam kosakata dan mampu memanfaatkan kata-kata tersebut menjadi sebuah kalimat yang jelas, efektif dan mudah dimengerti.” (Ramdani:2010)
Contoh Paragraf :
 Hari ini Aku pergi ke pantai bersama dengan kawanku. Udara disana sangat sejuk. Kami bermain bola air sampai tak terasa hari sudah sore. Kamipun pulang tak lama kemudian.
         Gunakan kata berona (colorfull word) – yang melukiskan sikap, perasaan, keadaan. Misalnya, kata “terisak-isak”lebih berona daripada kata “menangis”; kata “matanya berbinar-binar”> bergembira, dll.
         Kata ganda ialah kata yang terbentuk daripada kata yang digandakan sama ada sebahagian atau seluruhnya.
Contoh :buku-buku, lembu-lembu, murid-murid, dan kawan-kawan.
         Rima adalah perulangan bunyi yang sama dalam puisi yang berguna untuk menambah keindahan suatu puisi.
Contoh :Berakit-rakit ke hulu
Berenang-renang ke tepian
Bersakit-sakit dahulu
Bersenang-senang kemudian. (Ramdani:2010)
         “Perumpamaan ialah susunan katakata yang indah, ringkas, dan kemas serta mempunyai maksud yang tersirat. Biasanya, perumpamaan dimulai dengan kata bagai, ibarat, laksana, seperti, dan umpama.
 Contohnya: Bagai air di atas daun talas.” (pertiwi:2011)
         Personifikasi (penginsanan) merupakan suatu corak khusus dari metafora, yang mengiaskan benda-benda mati bertindak, berbuat, berbicara seperti manusia.
Contoh:  Angin yang meraung di tengah malam yang gelap itu menambah lagi ketakutan kami.(Surahman:2011)
         Menggunakan  kata berona (colorfull word) – yang melukiskan sikap, perasaan, keadaan. Misalnya, kata “terisak-isak” lebih berona dari pada kata “menangis”; kata “matanya berbinar-binar” -> bergembira, dll.
         Menggunakan kata yang bisa mendorong minat. Contoh pada bidang marketing adalah sebagai berikut; Bila Judul Utamanya ”CUCI GUDANG…. !!!” maka pada Subjudulnya kita bisa menambahkan kalimat ”Dapatkan produk menarik & berkualitas dengan harga yang murah.”Contoh lainya adalah bila Judul Utamanya ”PROBLEM KEGEMUKAN?” maka subjudul supaya bisa lebih mendorong minat konsumen kita gunakan kalimat seperti ini; ”Atasi dengan metode yang terbaru dari Kami. Bebas dari rasa sakit & tanpa operasi.” Setelah Konsumen membaca Subjudul dan minatnya mulai timbul terhadap produk kita, maka rasa penasaran konsumen tersebut harus bisa terpuaskan saat mereka membaca lebih detail uraian pada brosur kita.


BAB III
PENUTUP
KESIMPULAN
Diksi berfungsi sebagai sarana mengaktifkan kegiatan berbahasa (komunikasi) yang dilakukan seseorang untuk menyampaikan maksud serta gagasannya kepada orang lain. Kreatifitas merupakan kunci utama yang harus terus diasah dalam setiap pembentukan diksi agar lebih sesuai, jelas, dan menarik bagi mata pembaca serta telinga pendengar.

SARAN
semakin banyak vocabulary kita, serta semakin dalam pemahaman kita terhadap nuansa makna (efek mental) dari suatu kata, maka semakin bagus diksi kita.


DAFTAR PUSTAKA

Dwiyanti, Intan. 2010.  “Diksi”.  http://missthaa.blogspot.com/2010/10/diksi.html. Diakses 17 Oktober 2010


Jahrir, Andi Sahtiani. 2012. Mata Kuliah Pengembangan Kepribadian Bahasa Indonesia. Skripsi. Universitas Negeri Makassar.

Pertiwi, Tirta. 2011. “Wacana dan pilihan kata” http://aneistp.blogspot.com/wacana-dan-pilihan-kata-diksi.html. Diakses 5 November 2012


Saputra, Adhitya . 2012. “kalimat homonim,homofon,homograf,polisemi” http://adhityass.blogspot.co/kalimat-homonimhomofonhomografpolisemi.html. Diakses 6 Mei 2012


Setiani , Teni. 2010. Kalimat Efektif  Diksi  Eydhttp://teni-setiani.blogspot.com/kalimat-efektif-diksi-eyd.html .  Diskses 2 Febuari 2011


Surahman. 2011. “Makna yang perlu diperhatikan dalam teknik diksi” http://sepakatpustaka.wordpress.com/ Makna-yang-perlu-diperhatikan-dalam-teknik-diksi /. Diakses 9 Januari 2011

Surahman . 2011. “Makna konotasi dan denotasi ” http://karbutman.blogspot.com/makna-konotasi-dan-denotasi.html. Diakses  26 September 2011


Syams, Muhammad Iqbal . 2012 “Diksi atau Pilihan Kata” http://iqbalsyams.blogspot.com/diksi-atau-pilihan-kata.html. Diakses 21 Oktober 2012


Wicaksono, Riandhito. 2011. “Pengertian Diksi atau Pilihan kata, Gaya bahasa”  http://joystikrusakbgt.blogspot.com/pengertian-diksi-atau-pilihan-kata-gaya.html. Diakses 30 October 2011

Zhuldyn. 2011. “Kosa Kata dan Diksi”  http://zhuldyn.wordpress.com/materii-lain/bahasa-indonesia/kosa-kata-dan-diksi/.html. Diakses 7 Oktober  2011