TUGAS MAKALAH
BAHASA INDONESIA
“PEMAKAIAN TANDA BACA”
OLEH :
NAMA : DEVI NOVIANI
NIM
: 1252132058
KELAS
: B
PRODI : BUSINESS ENGLISH
FAKULTAS : BAHASA DAN SASTRA
UNIVERSITAS NEGERI MAKASSAR
TAHUN AKADEMIK 2012/2013
KATA
PENGANTAR
Puji syukur kita panjatkan atas kehadirat Allah SWT, sehingga penulis dapat
menyelesaikan makalah yang berjudul “PEMAKAIAN TANDA BACA” dengan baik.
Dengan adanya makalah ini, penulis mengharapkan pembaca dapat mendapatkan
pengetahuan tentang Pemakaian Tanda Baca dan dapat mempermudah kita dalam
membaca.
Dalam makalah ini, penulis menyadari bahwa makalah ini jauh dari kesempurnaan
sehingga penulis sangat mengharapkan kritik dan saran yang membangun demi
kebaikkan dan kelengkapan makalah ini.
Dan tak lupa pula ucapan terima kasih kepada Dosen mata kuliah Bahasa Indonesia
dalam halnya Ibu A. Sahtiani Jahrir yang telah memberikan bimbingan dan
motivasi dalam proses penyusunan makalah ini.
Akhirnya, harapan penulis mudah-mudahan makalah ini dapat bermanfaat bagi
penulis dan para pembaca.
Makassar, Oktober 2012
Penulis
Devi Noviani
DAFTAR
ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................ii
DAFTAR
ISI...............................................................................................iii
BAB I
PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar
Belakang.....................................................................................1
B. Rumusan
Masalah............................................................................1
BAB II
PEMBAHASAN.....................................................................................2
A. Pengertian Tanda Baca..........................................................................2
B. Macam-macam tanda baca dan
cara
penggunaannya.................................................................................2-10
BAB III
PENUTUP..........................................................................................11
Kesimpulan.........................................................................................11
Saran...................................................................................................11
DAFTAR
PUSTAKA.......................................................................................12
BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Latar belakang dibuatnya makalah ini yaitu untuk menambah wawasan kita
tentang tata Bahasa Indonesia dan pada penggunaan tanda baca pada khususnya.
Tanda baca sering digunakan dalam kehidupan sehari-hari. Namun,banyak terjadi
kesalahan dalam penggunaan tanda baca seperti penggunaan tanda titik, tanda
koma, tanda titik dua, tanda hubung, tanda pisah, tanda elipsis, tanda kurung,
tanda tanya, tanda seru, tanda kurung siku, tanda petik, tanda petik tunggal,
tanda garis miring dan tanda penyingkat yang akan mengubah makna dan tujuan dari
kalimat yang dibuat tersebut.
Tanda Baca merupakan suatu keterampilan dalam menulis yang
sudah diajarkan di tingkat pendidikan dasar. Dengan harapan para Mahasiswa
dapat menggunakan kemampuan menulisnya tersebut di tingkat yang selanjutnya.
Diharapkan dengan dibuatnya makalah ini, dapat menambah pengetahuan kita dalam
berbahasa yang nantinya akan berguna di masa yang akan datang.
B. RUMUSAN
MASALAH
Sebutkan
macam-macam pemakaian tanda baca dan cara penggunaannya?
BAB II
PEMBAHASAN
A. PENGERTIAN TANDA
BACA
Perlu kita ketahui bahwa, Tanda baca merupakan simbol yang tidak berhubungan
dengan fenom (suara) atau kata dan frasa pada suatu bahasa, melainkan berperan
untuk menunjukkan struktur dan organisasi suatu tulisan, dan juga intonasi
serta jeda yang dapat diamati sewaktu pembacaan.
( Lamuddin
Finoza : 2009 )
MACAM-MACAM
TANDA BACA DAN CARA PENGGUNAANNYA
a) Tanda Titik (.)
1.
Tanda titik dipakai pada akhir kalimat yang bukan pertanyaan atau seruan.
Misalnya:
Ayahku
tinggal di Solo.
Biarlah
mereka duduk di sana.
Dia
menanyakan siapa yang akan datang.
2.
Tanda titik dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan,
ikhtisar, atau
daftar.
Misalnya:
a. III. Departemen
Dalam Negeri
A. Direktorat
Jenderal Pembangunan Masyarakat Desa
B. Direktorat
Jenderal Agraria
1.
...
b. 1. Patokan
Umum
1.1 Isi
Karangan
1.2 Ilustrasi
1.2.1
Gambar Tangan
1.2.2 Tabel
1.2.3 Grafik
Catatan:
Tanda titik tidak
dipakai di belakang angka atau huruf dalam suatu bagan
atau ikhtisar jika angka
atau huruf itu merupakan yang terakhir dalam
deretan angka atau huruf.
3. Tanda titik dipakai
untuk memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukkan waktu.
Misalnya:
pukul 1.35.20 (pukul 1 lewat 35 menit
20 detik)
4. Tanda titik dipakai untuk
memisahkan angka jam, menit, dan detik yang
menunjukan jangka waktu.
Misalnya:
1.35.20 jam ( 1 jam, 35 menit, 20
detik)
0.20.30 jam (20 menit, 30 detik)
0.0.30 jam (30 detik)
5. Tanda titik dipakai di antara nama
penulis, judul tulisan yang tidak
berakhir dengan tanda tanya dan
tanda seru, dan tempat terbit dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
Siregar, Merari. 1920. Azab dan Sengsara.
Weltervreden: Balai
Poestaka.
6. Tanda titik dipakai untuk
memisahkan bilangan ribuan atau kelipatannya.
Misalnya:
Desa itu berpenduduk 24.200
orang.
Gempa yang terjadi semalam menewaskan
1.231 jiwa.
7. Tanda titik tidak dipakai
untuk memisahkan bilangan ribuan atau
kelipatannya yang tidak
menunjukan jumlah.
Misalnya:
Ia lahir pada tahun 1956 di Bandung.
Lihat halaman 2345 dan seterusnya.
Nomor gironya 5645678.
8. Tanda titik tidak dipakai
pada akhir judul yang merupakan kepala
karangan atau kepala ilustrasi,
tabel, dan sebagainya.
Misalnya:
Acara kunjungan Adam Malik
Bentuk dan Kedaulatan (Bab I UUD ‘45)
Salah Asuhan
9. Tanda titik tidak dipakai
di belakang (1) alamat pengirim dan tanggal surat
atau (2) nama dan alamat penerima
surat.
Misalnya:
Jalan Diponegoro 82 (tanpa
titik)
Jakarta (tanpa titik)
1 April 1985 (tanpa titik)
Yth. Sdr. Moh. Hasan (tanpa
titik)
Jalan Arif 43 (tanpa
titik)
Palembang (tanpa titik)
Atau:
Kantor Penempatan Tenaga (tanpa
titik)
Jalan Cikini 71 (tanpa titik)
Jakarta (tanpa titik)
b) Tanda Koma (,)
1.
Tanda koma dipakai di antara unsur-unsur dalam suatu perincian atau
pembilangan.
Misalnya:
Saya
membeli kertas, pena, dan tinta.
Surat biasa,
surat kilat, ataupun surat khusus memerlukan perangko.
2.
Tanda koma dipakai untuk memisahkan kalimat setara yang satu dari
kalimat
serata berikutnya yang didahului oleh kata seperti tetapi atau
melainkan.
Misalnya:
Saya
ingin datang, tetapi hari hujan.
Didi
bukan anak saya, melainkan anak Pak Kasim.
3. Tanda koma
dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk kalimat
jika
anak kalimat itu mendahului induk kalimatnya.
Misalnya:
Kalau
hari hujan, saya tidak akan datang.
Karena
sibuk, ia lupa akan janjinya.
4. Tanda koma tidak
dipakai untuk memisahkan anak kalimat dari induk
kalimat jika
anak kalimat itu mengiringi induk kalimatnya.
Misalnya:
Saya tidak akan
datang kalau hari hujan.
Dia lupa akan
janjinya karena sibuk.
Dia tahu bahwa soal
itu penting.
5. Tanda koma
dipakai di belakang kata atau ungkapan penghubung
antarkalimat yang
terdapat pada awal kalimat. Termasuk di dalamnya oleh
karena itu, jadi,
lagi pula,meskipun begitu, akan tetapi.
Misalnya:
... Oleh karena itu,
kita harus hati-hati.
... Jadi, soalnya
tidak semudah itu.
6. Tanda koma
dipakai untuk memisahkan kata seperti kata seperti o, ya,
wah, aduh,
kasihan dari kata yang lain yang terdapat di
dalam kalimat.
Misalnya:
O, begitu?
Wah, bukan
main!
Hati-hati, ya, nanti
jatuh.
7. Tanda koma dipakai untuk
memisahkan petikan langsung dari bagian lain
dari kalimat.
Misalnya:
Kata Ibu, “ Saya gembira sekali.”
“Saya gembira sekali,” kata Ibu,
“karena kamu lulus.”
8. Tanda koma dipakai di antara (i)
nama dan alamat, (ii) bagian-bagian
alamat, (iii) tempat dan
tanggal, dan (iv) nama tempat dan wilayah atau
negeri yang ditulis berurutan.
Misalnya:
(i) Surat-surat ini harap
dialamatkan kepada Dekan Fakultas
Keguruan dan Ilmu Pendidikan,
Universitas Pakuan, Bogor.
(ii) Sdr. Anwar, Jalan
Pisang Batu 1, Bogor
(iii) Surabaya, 10 Mei
1960
(iv) Kuala Lumpur,
Malaysia.
9. Tanda koma dipakai untuk
menceraikan bagian nama yang dibalik
susunannya dalam daftar
pustaka.
Misalnya:
Alisjahbana, Sultan Takdir. 1949. Tatabahasa
Baru Bahasa Indonesia.
Jilid 1 dan 2. Djakarta: PT Pustaka
Rakjat.
10. Tanda koma dipakai di
antara nama orang dan gelar akademik yang
mengikutinya untuk
membedakannya dari singkatan nama diri, keluarga,
atau marga.
Misalnya:
B. Ratulangi, S.E.
Ny. Khadijah, M.A.
11. Tanda koma dipakai untuk
mengapit keterangan tambahan yang sifatnya
tidak membatasi.
Misalnya:
Presiden RI, Susilo Bambang
Yudhoyono, berkunjung ke Manado.
Semua siswa, baik yang
laki-laki maupun yang perempuan, mengikuti
latihan paduan suara.
Bandingkan dengan
keterangan pembatas yang pemakaiannya tidak diapit
tanda koma:
Semua siswa yang lulus ujian
mendaftarkan namanya pada panitia.
12. Tanda koma dipakai di muka angka
persepuluh atau di antara rupiah dan
sen yang dinyatakan dengan angka.
Misalnya:
12,5 m
Rp 12,50
13. Tanda koma dapat dipakai––untuk
menghindari salah baca––di belakang
keterangan yang terdapat pada
awal kalimat.
Misalnya:
Dalam pembinaan dan
pengembangan bahasa, kita memerlukan sikap
yang bersungguh-sungguh.
Atas bantuan Edyar, Agus
mengucapkan terima kasih.
Bandingkan dengan:
Kita memerlukan sikap yang
bersungguh-sungguh dalam pembinaan
dan pengembangan bahasa.
Agus mengucapkan terima
kasih atas bantuan Edyar.
14. Tanda koma tidak dipakai
untuk memisahkan petikan langsung dari bagian
lain yang mengiringinya
dalam kalimat jika petikan langsung itu berakhir
dengan tanda tanya atau tanda
seru.
Misalnya:
“ Di mana Saudara tinggal?”
tanya Karim.
“Berdiri lurus-lurus!”
perintahnya.
c) Tanda Titik Koma (;)
1. Tanda titik koma dapat
dipakai untuk memisahkan bagian-bagian kalimat
yang sejenis dan
setara.
Misalnya:
Malam makin larut; pekerjaan
belum selesai juga.
2. Tanda titik koma dapat
dipakai sebagai pengganti kata penghubung untuk
memisahkan kalimat yang setara
di dalam kalimat majemuk.
Misalnya:
Ayah mengurus tanamannya di
kebun itu; Ibu sibuk memasak di
dapur; Adik menghapal nama-nama
pahlawan nasional.
d) Tanda Titik Dua (:)
1. Tanda titik dua dipakai sesudah
kata atau ungkapan yang memerlukan
pemerian.
Misalnya:
Ketua :
Moch. Achyar
Sekretaris : Tati Suryati
Bendahara : Noviana Pertiwi
2. Tanda titik dua dipakai (i)
di antara jilid atau nomor dan halaman, (ii) di
antara surah dan ayat dalam
kitab suci, (iii) di antara judul dan anak judul
suatu karangan, serta (iv) nama
kota dan penerbit buku acuan dalam
karangan.
Misalnya:
(v) Tempo, I (34), 1971:7
(vi) Surah Yasin:9
(vii) Karangan Ali Hakim,
Pendidikan Seumur Hidup: Sebuah Studi,
sudah terbit.
(viii) Marzuki dan Rudy
W. 2006. Pembuatan Aneka Kerupuk. Jakarta:
Penebar Swadaya.
3. Titik dua dapat
dipakai dalam teks drama sesudah kata yang menunjukkan
pelaku dalam percakapan.
Misalnya:
Ayah : “Karyo, sini kamu!”
Karyo : (datang menghampiri)
“Ada apa, Pak?”
Ayah : “Tolong ambilkan sepatu
hitam yang di atas lemari!”
4. Titik dua dapat dipakai pada akhir
suatu pernyataan lengkap jika diikuti
rangkaian atau pemerian.
Misalnya:
Pak Adi
mempunyai tiga orang anak: Ardi, Aldi, dan Asdi.
Kita sekarang memerlukan perabot
rumah tangga: kursi, meja, dan
lemari.
e) Tanda Hubung (-)
1. Tanda hubung menyambung suku-suku
kata dasar atau kata berimbuhan
yang terpisah oleh pergantian
baris.
Misalnya:
2. Tanda hubung menyambung unsur-unsur
kata ulang.
Misalnya:
Anak-anak, kupu-kupu, berulang-ulang,
kemerah-merahan, mondarmandir,
sayur-mayur
3. Tanda hubung menyambung huruf dari
kata yang dieja satu-satu dan
bagian-bagian tanggal.
Walaupun
demikian, masih banyak yang tidak
mematuhi peraturan
tersebut.
Industri tersebut dapat
dikembangkan menjadi
industri padat karya.
Misalnya:
p-a-n-i-t-i-a
17-08-1945
4. Tanda hubung dipakai untuk merangkaikan
kata dengan kata berikutnya
atau sebelumnya yang dimulai dengan huruf
kapital, kata/huruf dengan
angka, angka dengan kata/huruf.
Misalnya:
se-Indonesia, se-Jabodetabek, mem-PHK-kan,
sinar-X, peringkat ke-2,
S-1, tahun 50-an
5. Tanda hubung dipakai untuk
merangkaikan unsur bahasa Indonesia
dengan unsur bahasa asing.
Misalnya:
di-smash, pen-tackle-an
f) Tanda Pisah (-)
1. Tanda pisah membatasi
penyisipan kata atau kalimat yang memberi
penjelasan di luar bangun kalimat.
Misalnya:
Kemerdekaan bangsa itu––saya yakin akan
tercapai––diperjuangkan
oleh bangsa itu sendiri.
2. Tanda pisah menegaskan adanya
keterangan aposisi atau keterangan yang
lain sehingga kalimat menjadi lebih jelas.
Misalnya:
Rangkaian temuan ini––evolusi, teori
kenisbian, dan kini juga
pembelahan atom––telah mengubah
konsepsi kita tentang alam
semesta.
3. Tanda pisah dipakai di antara dua
bilangan atau kata dengan arti ‘sampai
dengan’ atau ‘sampai ke’.
Misalnya:
2004––2009
tanggal 1––10 Mei 2007
Jakarta––Bandung
g) Tanda Elipsis (...)
1. Tanda elipsis dipakai dalam
kalimat atau dialog yang terputus-putus.
Misalnya:
Kalau begitu ... ya, ayo kita
berangkat.
2. Tanda elipsis menunjukkan
bahwa dalam suatu kalimat atau naskah ada
bagian yang dihilangkan.
Misalnya:
... selanjutnya akan di bawa ke
pengadilan.
Ibu baru pulang ... pasar.
Catatan:
Jika bagian yang dihilangkan
mengakhiri sebuah kalimat, maka perlu
dipakai empat buah titik; tiga titik
untuk menandai penghilangan teks dan
satu titik
untuk menandai akhir kalimat.
Misalnya:
Ibu baru pulang dari....
h) Tanda Tanya
1. Tanda tanya dipakai
pada akhir kalimat tanya.
Misalnya:
Kapan ia berangkat?
Saudara tahu, bukan?
2. Tanda tanya dipakai di
dalam kurung untuk menyatakan bagian kalimat
yang disangsikan
kebenarannya.
Misalnya:
Ia dilahirkan pada tahun
1983 (?).
Uangnya sebanyak 10 juta rupiah
(?) hilang.
i) Tanda Seru (!)
1. Tanda seru
dipakai pada akhir kalimat perintah.
Misalnya:
Bersihkan
kamar itu sekarang juga!
Jangan
berisik!
2. Tanda seru
dipakai pada akhir ungkapan atau pernyataan yang
menggambarkan
kesungguhan, ketidakpercayaan, ketakjuban, ataupun
rasa emosi
yang kuat.
Misalnya:
Alangkah
seramnya peristiwa itu!
Indah sekali
pemandangan alam ini!
Merdeka!
j) Tanda Kurung ((...))
1. Tanda
kurung mengapit tambahan keterangan atau penjelasan.
Misalnya:
Komisi A
telah selesai menyusun GBPK (Garis-Garis Besar Program
Kerja)
dalam sidang pleno tersebut.
2. Tanda
kurung mengapit keterangan atau penjelasan yang bukan bagian
integral
pokok pembicaraan.
Misalnya:
Keterangan
itu (lihat Tabel 10) menunjukkan perkembangan perekonomian
Indonesia
lima tahun terakhir.
3. Tanda
kurung mengapit angka atau huruf yang memerinci satu urutan
keterangan.
Misalnya:
Faktor
produksi menyangkut masalah (a) alam, (b) tenaga kerja, dan
(c) modal.
4.
Tanda kurung mengapit huruf atau kata yang kehadirannya di dalam teks
dapat
dihilangkan.
Misalnya:
Kata cocaine
diserap ke dalam bahasa Indonesia menjadi kokain(a).
Sahrul
Gunawan berasal dari (kota) Bogor.
k) Tanda Kurung Siku ([...])
1.
Tanda kurung siku mengapit huruf, kata, atau kelompok kata sebagai
koreksi
atau tambahan pada kalimat atau bagian kalimat yang ditulis orang
lain.
Tanda itu menyatakan bahwa kesalahan atau kekurangan itu memang
terdapat
di dalam naskah asli.
Misalnya:
Sang Puteri
men[d]engar bunyi gemerisik.
2. Tanda
kurung siku mengapit keterangan dalam kalimat penjelas yang
sudah
bertanda kurung.
Misalnya:
Persamaan
kedua proses ini (perbedaannya dibicarakan di dalam Bab
II [lihat
halaman 35––38]) perlu dibentangkan di sini.
l) Tanda Petik (“...”)
1.
Tanda petik mengapit petikan langsung yang berasal dari pembicaraan dan
naskah
atau bahan tertulis lainnya.
Misalnya:
“Saya
belum siap,” kata Mira, “tunggu sebentar!”
Pasal
36 UUD 1945 berbunyi, “Bahasa negara ialah bahasa Indonesia.”
2.
Tanda petik mengapit judul syair, karangan, atau bab buku yang dipakai
dalam
kalimat.
Misalnya:
Sajak
“Berdiri Aku” terdaapat pada halaman 5 buku itu.
Karangan
Andi Hakim Nasoetion yang berjudul “Rapor dan Nilai
Prestasi
di SMA” diterbitkan dalam harian Tempo.
3.
Tanda petik mengapit istilah ilmiah yang kurang dikenal atau kata yang
mempunyai
arti khusus.
Misalnya:
Saat
ini ia sedang tidak mempunyai pacar yang di kalangan remaja
dikenal
dengan “jomblo”.
Karena
warna kulitnya, Budi mendapat julukan “si Hitam”.
m) Tanda Petik Tunggal (‘...’)
1.
Tanda petik tunggal mengapit petikan yang tersusun di dalam petikan lain.
Misalnya:
Tanya
Basri, “Kau dengar bunyi ‘kring-kring’ tadi?”
“Waktu
kubuka pintu depan, kudengar teriak anakku, ‘Ibu, Bapak
pulang’,
dan rasa letihku lenyap seketika,” ujar Pak Hamdan.
2.
Tanda petik tunggal mengapit makna, terjemahan, atau penjelasan kata
atau
ungkapan asing.
Misalnya:
Feed-back
berarti
‘balikan’.
n) Tanda Garis Miring (/)
1.
Tanda garis miring dipakai di dalam nomor surat dan nomor pada alamat
dan
penandaan masa satu tahun yang terbagi dalam dua tahun takwim.
Misalnya:
No.
12/PK/2005
Jalan
Kramat III/10
Masa
Bakti 2005/2006
Tahun
Ajaran 2006/2007
2.
Tanda garis miring dipakai sebagai pengganti kata atau, tiap.
Misalnya:
Laki-laki/Perempuan
120
km/jam
o) Tanda Penyingkat atau Apostrof (‘)
Tanda
penyingkat menunjukkan penghilangan bagian kata atau bagian angka
tahun.
Misalnya:
Gunung
pun ‘kan kudaki. (‘kan = akan)
17
Agustus ’45 (’45 = 1945)
BAB
III
PENUTUP
A. KESIMPULAN
Penggunaan tanda baca perlu diperhatikan
dalam penulisan karya ilmiah.Masing-masing tanda baca memiliki aturan dan tata
letak penggunaannya, sehingga kita harus cermat dalam menggunakan tanda baca.
Penggunan Ejaan Yang Disempurnakan ( EYD ) sangat dibutuhkan dalam penulisan
karya tulis ilmiah agar penuisan karya tulis ilmiah tersebut mudah dipahami.
B. SARAN
Berdasarkan materi yang dibahas oleh penulis tentang Pemakaian Tanda Baca,
perlu diperhatikan bahwa pemakaian tanda baca perlu dipahami dan dipelajari
lagi secara detail agar pemakaian tanda baca yang kita buat menjadi benar dan
mudah dipahami oleh pembaca.
DAFTAR PUSTAKA
Finoza,
Lamuddin. 2009. " PENGERTIAN TANDA BACA DAN TATA CARA PEMAKAIAN TANDA BACA
" http://wartawarga.gunadarma.ac.id/2009/10/penggunaan-tanda-baca/.
DIAKSES 12 OKTOBER 2012.
Jahrir,
Andi Sahtiani. 2012. Pengembangan Kepribadian Bahasa Indonesia. Makalah.
Universitas Negeri Makassar.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar